Pengenhamil.com – JAKARTA – Nyeri haid atau dismenorea adalah keluhan yang mana umum dialami banyak wanita setiap kali menstruasi. Biasanya, rasa nyeri ini muncul beberapa hari sebelum haid serta berlanjut hingga menstruasi berakhir.
Rasa nyeri kerap terasa seperti kram di area bagian bawah perut kemudian bisa saja mengganggu aktivitas sehari-hari. Meski hal yang dimaksud merupakan pengalaman yang mana normal, jangan pernah menganggap remeh jikalau rasa nyeri sangat mengganggu.
Nyeri haid yang dimaksud terlalu berlebih juga kerap bisa saja menjadi pertanda adanya gangguan kesehatan, khususnya berhubungan dengan kesuburan. Hal ini dijelaskan secara gamblang oleh dr. Surya Adi Pramono, Sp.OG, Subsp. FER, MIGS dari Bocah Indonesia.
“Jika nyeri haid terasa sangat kuat, bahkan sampai mengganggu aktivitas, bisa jadi jadi ada permasalahan yang mana lebih banyak kritis di dalam baliknya. Beberapa kondisi medis yang mana dapat menyebabkan nyeri haid berlebih antara lain gangguan pada ovarium, infeksi, atau adanya endometriosis. Gangguan kesuburan atau infertilitas pun dapat terjadi,” kata dr. Surya ditemui di tempat Headquarter Bocah Indonesia, Ibukota Utara, Hari Sabtu 15 Februari 2025.
Secara rinci dr. Surya memaparkan tanda-tanda gangguan kesuburan yang perlu diwaspadai. Mulai dari, haid yang tiada teratur (lebih dari 35 hari sekali, atau kurang dari 21 hari sekali), durasi menstruasi yang digunakan terlalu lama atau terlalu singkat, kuantitas darah menstruasi yang mana sangat sejumlah atau sedikit, serta nyeri haid yang mana sangat mengganggu aktivitas.
Penyebab lainnya yang berkontribusi pada infertilitas antara lain, pola makan yang tersebut bukan sehat (terlalu sejumlah konsumsi gula, makanan gorengan, atau tinggi lemak), kurangnya olahraga juga pola hidup sedentari, dan juga paparan polutan kemudian radikal bebas yang tersebut semakin meningkat.
Berganti-ganti pasangan juga dapat meningkatkan risiko infertilitas. Hal ini menjadi penting untuk diwaspadai, mengingat Ibukota Indonesia adalah kota dengan tingkat mobilitas yang digunakan tinggi kemudian gaya hidup yang mana lebih banyak bebas.
“Penyebab utama infertilitas pada wanita adalah gangguan ovulasi, yang menghasilkan sel telur tidaklah dapat dilepaskan dengan baik. Selain itu, permasalahan pada tuba fallopi yang mana tersumbat atau infeksi pada organ reproduksi juga dapat menyebabkan kesulitan untuk hamil. Hal ini berhubungan dengan terhambatnya rapat antara sel telur juga sperma,” tegas dr. Surya.
“Infertilitas juga dapat dipicu oleh penurunan jumlah agregat atau kualitas sel telur yang digunakan dimiliki wanita. Dalam sejumlah kasus, wanita yang tambahan tua (di berhadapan dengan usia 35 tahun) cenderung mengalami penurunan cadangan telur yang tersebut lebih lanjut cepat,” timpalnya.
Isu gangguan kesuburan ini pun menjadi sangat penting mengingat adanya tren penurunan hitungan kelahiran atau depopulasi di tempat kota-kota besar di tempat Indonesia seperti Jakarta, Yogyakarta, dan juga Surabaya.