Bagi wanita, kata kuret mungkin bukan lagi kata yang asing. Kuret erat kaitannya dengan kehamilan, dan dalam bahasa medis disebut kuretase.
Umumnya wanita yang mengalami keguguran perlu tindakan kuret untuk membersihkan rahimnya dari sisa jaringan. Meski demikian tidak semua wanita melakukannya, salah satu alasannya adalah faktor biaya.
Perawatan keguguran tanpa kuret cukup berbahaya apabila ada sisa jaringan yang masih mengendap di rahim. Salah satu bahayanya adalah memicu kanker rahim.
Daftar Isi:
Pengertian kuret
Kuretase adalah suatu tindakan pengambilan jaringan di dalam rahim yang biasanya terjadi dalam kasus keguguran atau masalah rahim lainnya.
Meskipun kuret semakin akrab didengar, namun ternyata tidak semua wanita diperbolehkan untuk menjalani prosedur ini.
Namun kuret tidak hanya bermanfaat bagi ibu yang mengalami keguguran. Kuret juga memiliki manfaat lainnya, seperti:
- Membersihkan rahim pasca keguguran
- Memeriksa pendarahan pada vagina yang tidak teratur
- Prosedur pada kasus hamil anggur
- Prosedur diagnosis pada kasus kanker atau sejenisnya
- Pengangkatan tumor fibroid dari dalam rahim
- Pemeriksaan kesuburan
Biaya kuret
Berbicara mengenai kuret, juga tidak terlepas dari biaya yang relatif mahal. Biaya kuret pada setiap klinik atau rumah sakit berbeda.
Semua biaya tergantung pada kebijaksanaan klinik atau rumah sakit yang menangani.
Namun rata-rata biaya kuret yang dipatok rumah sakit adalah sekitar 5 hingga 8 juta rupiah tergantung pada beratnya kasus yang ditangani.
Risiko kuret
Meskipun kuret dilakukan oleh tenaga medis yang berpengalaman, namun bukan berarti metode kuret tidak mempunyai resiko.
Kuret tetap memiliki resiko yang harus ditanggung oleh pasien jika terjadi efek samping yang tidak dapat diatasi.
Adapun beberapa resiko kuret yang dapat terjadi adalah sebagai berikut:
1. Perforasi rahim
Perforasi rahim terjadi akibat adanya tusukan pada rahim sehingga menimbulkan lubang. Kejadian seperti ini biasanya terjadi pada wanita yang mengalami kehamilan pertama dan wanita yang telah memasuki masa menopause.
Jika pasien mengalami perforasi rahim, maka kemungkinan besar ia akan mengikuti operasi selanjutnya. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki bagian rahim yang berlubang.
2. Infeksi
Masuknya benda asing ke dalam rahim tentunya juga memiliki resiko membuka jalan masuk bagi bakteri. Hal inilah yang menimbulkan munculnya resiko infeksi pada rahim.
3. Pendarahan
Resiko terjadinya pendarahan pada rahim juga bisa terjadi pada saat melakukan kuret.
Pendarahan dapat terjadi jika dinding rahim terluka akibat terkena peralatan operasi atau jika ternyata jaringan yang diambil ternyata adalah bagian dari miom yang tidak terdeteksi sebelumnya.
4. Kerusakan leher rahim
Kuret juga dapat menyebabkan robekan pada leher rahim. Robekan ini menyebabkan terjadinya pendarahan.
Dokter biasanya akan segera menekan bagian yang robek lalu menjahitnya kembali. Pasien juga akan diberikan obat penahan rasa sakit agar nyerinya berkurang.
5. Tumbuhnya jaringan parut di dalam rahim
Resiko kuret yang satu ini jarang terjadi. Jaringan parut yang terbentuk di dalam rahim biasanya disebabkan oleh prosedur kuret itu sendiri.
Kondisi munculnya jaringan parut ini disebut dengan sindrom Asherman. Sindrom ini hanya bisa diatasi dengan melakukan operasi.
6. Insufisiensi serviks
Kuret tentunya harus dilakukan dengan membuka mulut rahim selebar mungkin agar alat kuret bisa masuk ke dalam rahim dengan baik. Alat kuret yang memaksa terbukanya mulut rahim ini menyebabkan insufisiensi serviks.
Insufisiensi serviks adalah serviks menjadi terbuka terlalu lebar ketika terjadi kehamilan. Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya kelahiran prematur sehingga harus segera ditangani demi keselasmatan bayi.
Efek samping kuret
Kuret bukan hanya memiliki resiko, tapi juga efek samping yang sering kali tidak bisa dihindari. Berikut ini adalah beberapa efek samping dari kuret:
1. Sakit punggung
Pasien yang baru saja menjalani kuret biasanya akan merasakan sakit punggung. Hal ini disebabkan hilangnya jaringan di dalam rahim sehingga punggung yang biasanya menopang beban kini harus menyesuaikan kembali setelah kehilangan beban.
2. Kram perut
Setelah menjalani prosedur kuret, pasien juga akan merasakan kram perut di bagian bawah. Kram perut ini biasanya berlangsung selama 30 menit hingga berhari-hari.
3. Pendarahan ringan
Efek samping lainnya dari kuret adalah munculnya bercak darah atau pendarahan ringan. Pendarahan ringan ini biasanya hanya berlangsung sebentar saja sebagai sisa dari pengambilan sampel dari dalam rahim.
4. Nyeri haid
Setelah melakukan kuret, pasien biasanya juga akan mengalami nyeri ketika haid tiba. Rasa nyeri yang muncul ini diakibatkan dinding rahim yang sensitif setelah disentuh oleh alat kuret.
Dinding rahim yang masih sensitif akan meluruhkan darah kotor sehingga kontraksi yang terjadi akan jauh lebih sakit dibandingkan saat haid sebelum kuret.
5. Haid tidak teratur
Bukan hanya menyebabkan rasa nyeri saat haid saja, kuret juga menyebabkan jadwal haid menjadi tidak teratur. Haid baru akan teratur kembali seperti semula setelah 4 hingga 6 minggu pasca kuret.
Bahkan dalam beberapa kasus, pasien justru tidak mengalami haid sama sekali. Namun dokter biasanya akan memberikan obat pemicu haid jika diperlukan.
6. Mual
Efek samping yang biasanya akan langsung dirasakan oleh pasien setelah kuret adalah mual. Pasien yang baru saja selesai kuret akan mengalami mual sebagai reaksi tubuh terhadap rahim yang baru saja dimasukkan alat medis.
7. Pusing
Tak hanya mual, pasien juga akan mengalami rasa pusing tepat setelah menjalani kuret. Namun rasa pusing ini hanya berlangsung sebentar saja, hanya dengan istirahat rasa pusing pun hilang.
8. Demam
Kuret juga bisa menyebabkan demam pada pasiennya. Demam yang terjadi pada pasien kuret merupakan pertanda adanya infeksi pada rahim.
Namun jika demam yang terjadi sudah lebih dari 3 hari, maka sebaiknya segera hubungi dokter untuk melihat kemungkinan buruk lainnya.
9. Keputihan
Wanita yang baru saja menjalani kuret juga dapat mengalami keputihan. Keputihan terjadi akibat adanya jamur atau bakteri yang berkembang.
Ketika alat kuret masuk, maka jalan bagi bakteri dan jamur juga ikut terbuka. Hal inilah yang dapat menyebabkan terjadinya keputihan.
Perawatan pasca kuret
Meskipun telah mendapatkan penanganan kuret karena keguguran atau indikasi medis lainnya, pasien kuret tetap harus melakukan perawatan pasca kuret. Hal ini bertujuan untuk menjaga dan memulihkan kondisi rahim seperti sedia kala.
Adapun beberapa perawatan pasca kuret yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Istirahat yang cukup
Pasien yang baru saja kuret sangat disarankan untuk beristirahat sebaik mungkin. Istirahat yang cukup akan sangat membantu mempercepat proses pemulihan.
2. Mengurangi gerakan berat dan tiba-tiba
Gerakan yang tiba-tiba dan berat dapat menyebabkan rasa nyeri pada bagian rahim. Kondisi rahim yang masih sangat rentan dan sensitif harus benar-benar dijaga.
Lakukan gerakan apapun dengan perlahan dan jangan lakukan aktivitas yang berat terlebih dahulu.
3. Gunakan pembalut
Jiak terjadi pendarahan, sebaiknya gunakanlah pembalut. Namun hindari pembalut yang mengandung wangi-wangian mengingat rahim masih terbuka dan sensitif pada bahan kimia.
4. Hindari hubungan seksual
Setelah melakukan kuret, sebaiknya hindari hubungan seksual terlebih dahulu. Hubungan seksual dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada rahim.
Wanita perlu mengetahui tanda-tanda rahimnya sudah bersih setelah keguguran dan melakukan kuret. Jika ragu sebaiknya konsultasi ke dokter untuk pemeriksaan ulang.
Kuret bukanlah suatu pilihan namun kebutuhan yang mendesak yang harus disegerakan. Kuret sendiri harus dilakukan oleh tenaga medis profesional agar rahim benar-benar bersih dari jaringan yang bisa membahayakan keselamatan wanita tersebut.
Demikianlah artikel yang singkat ini. Semoga artikel ini menambah wawasan dan menyadarkan kita akan betapa pentingnya menjaga kesehatan organ reproduksi.