Preeklampsia adalah salah satu jenis gangguan kehamilan yang paling ditakuti dan dihindari oleh setiap ibu hamil. Preeklampsia dapat menyebabkan kematian baik bagi ibu hamil maupun bayi yang akan dilahirkannya.
Menurut data dari Mayo clinic, sekitar 5 hingga 8% wanita hamil di dunia mengalami preeklamsia dan 500 juta wanita hamil meninggal dunia setiap tahunnya akibat preeklampsia. Bahkan 1000 bayi mengalami kematian akibat preeklamsia setiap tahunnya.
Hingga saat ini, tidak ada pengobatan yang pasti untuk preeklamsia karena penyebabnya sendiri pun belum dapat ditentukan dengan pasti.
Preeklamsia biasanya terjadi pada kehamilan yang telah menginjak usia 20 minggu ke atas. Meskipun menjadi momok yang cukup menakutkan bagi setiap ibu hamil, preeklamsia dapat diatasi jika diketahui dan ditangani sejak dini.
Daftar Isi:
Penyebab Preeklampsia

Preeklamsia diperkirakan terjadi karena adanya masalah atau gangguan pada plasenta. Plasenta adalah bagian terpenting yang berfungsi menyalurkan darah dan suplai oksigen serta nutrisi lain bagi bayi yang ada di dalam rahim.
Gangguan plasenta pada penderita preeklamsia bisa berupa kegagalan fungsi atau bahkan karena kurangnya nutrisi yang dikonsumsi oleh ibu hamil.
Terhambatnya suplai darah dari ibu ke bayi inilah yang dapat menyebabkan tekanan darah ibu hamil jadi naik dan membahayakan keselamatan ibu dan bayi.
Preeklampsia juga menyebabkan ginjal ibu hamil menjadi sulit menyaring dan mencerna protein sehingga akan ditemukan banyak kandungan protein pada urine atau biasa disebut dengan proteinuria.
Meskipun penyebab pasti dari preeklamsia belum diketahui dengan baik, tapi ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko ibu hamil menderita preeklampsia seperti di bawah ini:
- Kehamilan pertama seorang ibu hamil
- Adanya riwayat penyakit tertentu, seperti lupus, penyakit ginjal, diabetes melitus, tekanan darah tinggi dan sindrom antifosfolipid
- Hamil anak kembar
- Obesitas
- Ibu hamil yang memiliki jeda 10 tahun dengan kehamilan sebelumnya
- Hamil pada saat usia di atas 35 tahun
- Hamil di bawah usia 18 tahun
- Pernah mengalami preeklampsia pada kehamilan sebelumnya
Gejala Preeklampsia
Preeklamsia sendiri menunjukkan gejala yang tidak terlalu kelihatan, hanya saja gejala utamanya adalah tekanan darah tinggi yang semakin meningkat.
Untuk lebih memahaminya, berikut adalah beberapa gejala preeklampsia yang wajib diwaspadai:
- Tekanan darah tinggi
- Jumlah urine yang berkurang
- Sulit bernafas karena adanya cairan di dalam paru-paru
- Sakit kepala yang berkepanjangan
- Pandangan menjadi kabur
- Rasa nyeri pada bagian perut sebelah kanan atas
- Meningkatnya kandungan protein di dalam urine
- Bengkak pada bagian wajah, tangan, pergelangan kaki, dan telapak kaki
- Gangguan fungsi hati
- Jumlah trombosit yang menurun dengan drastis
- Perkembangan janin yang lambat
Ibu hamil yang mengalami beberapa gejala preeklampsia di atas sebaiknya segera menghubungi dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat dengan segera sebelum terjadi komplikasi yang lebih fatal.
Komplikasi Preeklampsia
Preeklampsia yang tidak ditangani dengan segera dapat menyebabkan komplikasi lain yang akan membahayakan nyawa ibu dan bayi dalam kandungan.
Berikut adalah beberapa komplikasi yang ditimbulkan preeklamsia jika tidak ditangani segera:
- Kegagalan beberapa organ tubuh
Preeklamsia dapat menyebabkan kegagalan fungsi beberapa organ tubuh penting. Organ penting yang mengalami kegagalan fungsi antara lain ginjal, hati, dan paru-paru.
- Penyakit kardiovaskular
Wanita hamil yang mengalami preeklampsia akan mempunyai risiko yang lebih besar untuk mengidap penyakit kardiovaskular.
Hal ini berkaitan dengan kegagalan fungsi beberapa organ yang menyebabkan gangguan pada pembuluh darah.
- Sindrom HELLP (Haemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet count)
Sindrom HELLP merupakan komplikasi yang paling berbahaya dari preeklamsia.
Kondisi ini menyebabkan kerusakan pada sel darah merah, menurunnya jumlah trombosit dalam darah, serta peningkatan enzim pada liver.
- Eklamsia
Komplikasi lain yang cukup berbahaya bagi ibu hamil adalah eklamsia. Preeklampsia yang parah dapat berujung pada eklamsia yang ditandai dengan kejang-kejang.
- Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah satu kondisi dimana plasenta terlepas sehingga menyebabkan bayi kekurangan suplai nutrisi dan oksigen. Kondisi ini mengancam keselamatan ibu hamil dan bayi.
- Gangguan pembekuan darah
Jumlah protein yang sangat tinggi dalam tubuh seorang ibu hamil dapat menyebabkan gangguan pembekuan darah.
Gangguan pembekuan darah menyebabkan penggumpalan darah pada ibu hamil sehingga aliran darah menjadi tidak lancar.
Aliran darah yang tidak lancar menyebabkan suplai oksigen dan nutrisi pada bayi terganggu sehingga menyebabkan bayi dalam bahaya.
- Stroke hemoragik
Komplikasi yang satu ini berujung pada kematian karena pecahnya pembuluh darah pada otak.
Pembuluh darah mendapatkan tekanan yang berlebihan akibat penggumpalan darah dan kekurangan suplai oksigen sehingga pembuluh darah pun akhirnya menjadi pecah dan disebut stroke hemoragik.
Kondisi ini sangat berbahaya dan dapat mengancam nyawa ibu hamil dan bayi dalam kandungan.
Itulah beberapa komplikasi preeklampsia yang berbahaya bagi ibu hamil dan bayi yang ada di dalam kandungan.
Preeklamsia sebaiknya segera ditangai secepat mungkin untuk menghindari terjadinya komplikasi yang membahayakan ibu hamil dan bayi.
Cara Mengatasi Preeklampsia
Meskipun preeklampsia tergolong gangguan kehamilan yang sangat berbahaya bagi ibu hami, tapi bukan berarti tidak bisa diatasi atau dihindari.
Jika kehamilan sudah cukup besar, maka kemungkinan terbesar untuk mengatasi preeklampsia adalah dengan melakukan persalinan lebih cepat.
Namun jika kehamilan masih terlalu muda atau masih dalam trimester pertama, dokter akan mengusahakan beberapa cara untuk mengatasi preeklamsia agar tidak terjadi komplikasi.
Adapun beberapa cara mengatasi preeklampsia seperti di bawah ini:
- Menurunkan tekanan darah
Dokter akan memberikan obat penurun tekanan darah atau antihipertensi untuk menurunkan tekanan darah yang terlalu tinggi pada ibu hamil.
Namun ingat untuk tidak pernah menggunakan obat antihipertensi sendiri tanpa resep dokter karena tidak semua obat antihipertensi aman untuk ibu hamil.
- Mencegah kejang
Jika preeklampsia yang dialami cukup berat, maka dokter akan memberikan obat anti kejang yang mengandung magnesium sulfat.
Hal ini dilakukan untuk mencegah komplikasi kejang pada preeklampsia.
- Mendapatkan kortikosteroid
Selain memberikan obat anti kejang, dokter juga akan memberikan kortikosteroid pada ibu hamil yang mengalami preeklampsia berat dengan gejala sindorm HELLP.
Kortikosteroid berfungsi untuk mencegah terjadinya persalinan dini yang membuat bayi lahir prematur, mengembalikan fungsi hati dan ginjal, serta trombosit dalam darah.
- Melakukan rawat inap
Bagi ibu hamil yang telah didiagnosa mengalami preeklampsia berat bahkan telah menunjukkan tanda-tanda komplikasi, dokter akan menyarankan untuk melakukan rawat inap.
Hal ini dilakukan agar dokter lebih mudah mengontrol kondisi ibu hamil dan bayi dalam kandungan. Dengan rawat inap, dokter dapat memantau jumlah trombosit ibu hamil, volume air ketuban, tekanan darah, dan kondisi penting lainnya.
Preeklampsia memang merupakan gangguan kehamilan yang membuat setiap wanita hamil menjadi cemas, namun ibu hamil harus tetap tenang dalam menghadapi kondisi seperti apapun agar pengobatan yang diberikan bisa bekerja dengan lebih optimal.
Demikian beberapa cara mengatasi preeklamsia yang dapat dilakukan. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.