Tidak ada satu wanita pun yang menginginkan terjadinya hamil di luar kandungan. Sebab hamil di luar kandungan atau biasa disebut sebagai kehamilan ektopik selalu harus berakhir dengan keguguran.
Hal ini dikarenakan hamil di luar kandungan adalah kejadian dimana sel telur yang telah dibuahi oleh sel sperma ternyata tidak menempel pada rahim, melainkan pada organ tubuh lainnya seperti tuba falopi, leher rahim, ovarium, bahkan rongga perut.
Menempelnya sel telur yang telah dibuahi pada organ lain tersebut harus segera dikeluarkan karena tidak akan berkembang menjadi bayi, justru akan membahayakan nyawa si ibu hamil jika dibiarkan.
Hamil di luar kandungan mempunyai beberapa gejala yang bisa diwaspadai seperti di bawah ini:
- Sakit perut pada salah satu bagian sisi (migrain)
- Kepala pusing dan jadi mudah pingsan
- Bahu, leher, dan selangkangan terasa sakit
- Kram perut
- Sakit pada bagian pelvis atau panggul
- Mual dan muntah
- Pendarahan pada vagina
Jika Anda sudah sampai mengalami gejala pendarahan pada vagina, jantung berdebar dengan cepat, keringat dingin, bahkan pingsan, maka sebaiknya segera hubungi dokter karena hal ini menunjukkan bahwa terdapat luka robekan pada tuba falopi.
Seorang wanita hamil bisa mengalami kematian akibat pendarahan yang terjadi karena robekan dari tuba falopi. Maka dari itu sangat diperlukan penanganan yang segera dan tepat.
Hingga kini hamil di luar kandungan belum diketahui secara pasti penyebabnya, namun terdapat beberapa faktor yang mendukung untuk terjadinya hamil di luar kandungan.
Daftar Isi:
Penyebab Hamil di Luar Kandungan (Ektopik)
Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan meningkatnya risiko terjadinya hamil di luar kandungan:
1. Penggunaan IUD sebagai alat kontrasepsi
Jika seorang wanita mengalami kehamilan sedangkan alat kontrasepsi masih tertanam di dalam rahim, maka sel telur yang telah dibuahi pun akan sulit untuk masuk ke dalam rahim sehingga menempel pada organ lain.
Jika ingin hamil, maka pastikan melepaskan IUD dengan bantuan tenaga medis.
Posisi IUD yang masih ada di dalam rahim akan menghalangi saluran tuba falopi untuk menyalurkan sel telur yang telah dibuahi masuk ke dalam rahim.
2. Radang panggul
Wanita yang memiliki penyakit radang panggul juga mempunyai risiko yang lebih besar untuk mengalami hamil di luar kandungan.
Radang panggul menyebabkan terjadinya penyempitan pada tuba falopi sehingga kemungkinan besar sel telur menempel pada tuba falopi jadi lebih besar.
Radang pada bagian panggul juga dapat menyebabkan rahim mengalami kerusakan akibat infeksi yang menjalar ke dalam rahim.
Radang inilah yang juga akan memperparah rasa sakit pada bagian panggul ketika terjadi hamil di luar kandungan.
3. Hamil di usis 35 tahun atau lebih
Bukan hanya karena penyakit saja, hamil di luar kandungan juga dapat terjadi pada wanita yang hamil di usia 35 tahun atau lebih. Baca juga : Risiko Hamil di Usia 40 tahun
Kondisi rahim yang tidak lagi sekuat dulu menyebabkan sel telur sulit masuk ke dalam rahim.
Beberapa bagian dalam rahim tidak lagi mempunyai kemampuan untuk bekerja secara optimal sehingga baik proses pembuahan, penyaluran, maupun perkembangan embrio juga akan mengalami peningkatan risiko masalah.
Kehamilan pada usia 35 tahun atau lebih juga lebih memudahkan terjadinya pendarahan pada saat persalinan.
4. Kelainan pada tuba falopi
Ketika sel telur berhasil dibuahi, maka sudah menjadi tugas tuba falopi untuk mengantarkannya masuk ke dalam rahim.
Namun jika tuba falopi justru mengalami masalah, maka penyaluran sel telur ke dalam rahim pun ikut bermasalah.
5. Kebiasaan merokok
Kebiasaan merokok memang tidak pernah memberikan manfaat apapun dan justru merusak kesehatan, termasuk kesehatan organ reproduksi.
Kandungan berbagai macam zat racun yang terdapat dalam rokok menyebabkan banyak kerusakan pada bagian rahim sehingga rahim tidak dapat bekerja dengan baik.
Bahkan bukan hanya menyebabkan hamil di luar kandungan, tapi juga kanker rahim, kanker paru-paru, gagal jantung, dan penyakit mematikan lainnya.
6. Pernah mengalami hamil di luar kandungan
Riwayat pernah mengalami hamil di luar kandungan sebelumnya atau pada kehamilan pertama juga dapat meningkatkan risiko terjadinya kembali hamil di luar kandungan.
Maka dari itu, pastikan betul penyebab terjadinya hamil di luar kandungan sebelumnya sehingga mendapatkan penanganan yang tepat agar tidak terulang kembali.
7. Penyakit seksual menular
Penakit seksual menular juga menyebabkan beberapa kerusakan pada bagian rahim, baik itu pada leher rahim maupun tuba falopi. Hal ini juga akan berdampak pada kehamilan yang terjadi di dalam rahim.
Demikian 7 faktor yang memperbesar risiko terjadinya hamil di luar kandungan.
Cara Mencegah Hamil di Luar Kandungan

Jika Anda memiliki salah satu faktor di atas, maka segera lakukan langkah pencegahan agar tidak terjadi hamil di luar kandungan seperti di bawah ini:
- Setia pada pasangan atau tidak berganti-ganti pasangan
- Gunakan kondom untuk menghindari penyakit seksual menular
- Selalu awasi penggunaan IUD
- Lakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala
- Hentikan kebiasaan merokok
Mencegah tentu saja lebih baik daripada mengobati. Lakukan langkah-langkah pencegahan di atas agar anda terhindar dari kehamilan ektopik yang berbahaya.
Bagaimana Mengatasi Kehamilan Ektopik
Jika Anda terlanjur telah mengalami hamil di luar kandungan, maka terdapat beberapa pengobatan yang wajib Anda lakukan.
Pertama, dokter akan memastikan kondisi kehamilan Anda dengan melakukan beberapa tes. Dokter akan melakukan pemeriksaan pelvis dengan mengawasi perkembangan rahim.
Jika rahim tidak membesar, maka besar kemungkinan terjadi kehamilan dki luar kandungan. Dokter juga akan melihat ada tidaknya gumpalan pada tuba falopi.
Dokter juga akan memastikannya kembali dengan menggunakan USG untuk melihat dimana sebenarnya letak kehamilan yang terjadi.
Kemudian dokter juga akan melakukan tes darah untuk memastikan kadar hormon dalam tubuh. Kelainan tubuh selalu diiringi dengan perubahahan kadar hormon dalam tubuh sehingga dapat dideteksi dengan tes darah.
Jika Anda menghubungi dokter sebelum tuba falopi mengalami robekan, maka dokter biasanya akan memberikan resep obat-obatan seperti methotrexate untuk menghentikan kehamilan.
Selanjutnya jika obat-obatan tidak berfungsi, maka dokter juga akan melakukan operasi untuk mengangkat embrio atau disebut juga operasi laparoskopik.
Operasi ini dilakukan untuk menghindari semakin berkembangnya embrio dan memperbaiki kembali kerusakan yang telah terjadi akibat menempelnya embrio tadi.
Pada saat operasi, dokter juga biasanya akan melakukan sayatan kecil pada tuba falopi dengan tujuan menjaga kesehatan tuba falopi.
Namun berbeda dengan penanganan pada tuba falopi yang telah pecah dan menyebabkan pendarahan. Dokter akan melakukan tindakan operasi darurat untuk segera menyelamatkan nyawa ibu hamil.
Jika tuba falopi dan indung telur sudah terlalu rusak, maka mau tidak mau harus dilakukan operasi pengangkatan rahim agar kerusakan tidak menjalar ke organ lainnya.
Itulah sedikit penjelasan mengenai kehamilan di luar kandungan (ektopik). Hamil di luar kandungan termasuk jenis gangguan kehamilan dan cukup banyak terjadi, namun pastikan untuk selalu mewaspadai pada tanda dan faktor peningkat risiko terjadinya kehamilan di luar kandungan.
Lakukan juga gaya hidup sehat untuk mendapatkan kesehatan organ reproduksi yang baik agar kehamilan dapat berjalan dengan aman dan nyaman tanpa masalah. Demikianlah artikel yang singkat ini. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.