Jarak Kehamilan Normal Anak Pertama dan Kedua

Jarak Kehamilan Normal Anak Pertama dan Kedua

Setelah melahirkan anak pertama, berapakah jarak normal untuk hamil lagi anak kedua? Demikian pertanyaan yang umum diajukan oleh pasutri yang tidak sabar memiliki anak kedua mereka.

Melahirkan anak pertama akan menjadi pengalaman yang sangat berharga untuk semua orang tua. Kemudian anak pertama akan disiapkan menjadi kakak karena orang tua ingin menambah anak kedua.

Masalah yang paling sering terjadi adalah apabila ibu hamil terlalu cepat atau terlalu lama. Artinya ada jarak yang terlalu jauh atau terlalu dekat antara anak pertama dan anak kedua.

Semua itu bisa menyebabkan orang tua menjadi ragu dalam mengambil keputusan, apakah harus hamil tahun ini atau perlu menunggu beberapa tahun lagi.

Jarak antar anak pertama dan kedua atau sering disebut jarak antar kehamilan memang harus diatur dengan tepat. Lalu berapa jarak ideal dan normal kehamilan anak pertama dan kedua? Ikuti informasi dibawah ini.

Daftar Isi:

Berapa Jarak kehamilan yang Ideal?

Dengan melihat berbagai risiko yang bisa terjadi pada ibu dan janin maka banyak pihak medis yang meminta orang tua untuk memberi jarak selama minimal 2 tahun atau 24 bulan.

Jarak terlama yang masih masuk dalam toleransi adalah selama 5 tahun dan ini termasuk jarak yang cukup jauh sehingga bisa berbahaya untuk ibu dan bayi.

Sementara itu ada pendapat medis lain yang mengatakan jika jarak yang paling tepat sebenarnya adalah selama 3 tahun.

Pertimbangan ini bisa membuat ibu menjadi lebih nyaman saat tetap memberikan ASI eksklusif selama 2 tahun pada anak pertama.

Kemudian pertimbangan yang kedua adalah karena tubuh ibu siap untuk hamil lagi sehingga kehamilan anak kedua bisa lebih sehat serta rendah risiko komplikasi.

Risiko Jika Jarak Kehamilan Apabila Terlalu Dekat

Jarak kehamilan normal anak pertama dan kedua
Jarak kehamilan normal anak pertama dan kedua

Terkadang ibu yang menyusui bisa lebih cepat hamil atau bahkan lebih lambat. Karena itulah KB atau alat kontrasepsi selalu ditawarkan kepada orang tua.

Alat KB akan membantu ibu dalam mengendalikan tingkat kelahiran atau mengatur jarak kehamilan. Tapi jika ibu menolak atau tetap hamil meskipun sudah menggunakan alat KB maka ada beberapa risiko yang bisa terjadi, seperti:

  1. Komplikasi persalinan

Jika ibu ternyata hamil terlalu cepat atau kurang dari 1 tahun dari anak pertama maka bisa menyebabkan ibu mengalami komplikasi persalinan.

Komplikasi ini bisa menyebabkan ibu memiliki risiko kematian yang sangat tinggi. Komplikasi persalinan yang paling sering terjadi adalah ketika ibu mengalami pendarahan saat persalinan, baik itu dengan persalinan normal atau caesar.

Hal ini juga disebabkan karena rahim ibu sebenarnya belum siap untuk hamil lagi karena kemampuan rahim yang masih rendah untuk tempat janin.

  1. Komplikasi kehamilan

Jika ibu hamil kurang dari satu tahun setelah melahirkan anak pertama maka bisa menyebabkan risiko kehamilan yang sangat besar.

Salah satu penyebabnya adalah bahwa dalam rahim ibu mungkin masih ada sisa-sisa plasenta yang masih belum bersih, meskipun ibu sudah selesai masa nifas dan tidak ada tanda komplikasi nifas.

Kemudian jika ibu sebelumnya juga melahirkan secara caesar maka bisa menyebabkan masalah pada dinding rahim yang memicu peradangan pada organ reproduksi dalam dan saluran jalan lahir.

  1. Kehilangan kesempatan untuk memberi ASI

Jika ibu tidak menjaga jarak kehamilan maka juga bisa menyebabkan ibu tidak bisa memberikan ASI penuh secara eksklusif pada anak pertama.

ASI adalah salah satu bahan yang sangat penting untuk pertumbuhan anak sehingga sebaiknya di berikan secara penuh.

ASI mengandung bahan antibodi yang bisa membantu menjaga kesehatan anak seumur hidupnya.

  1. Risiko cacat janin

Jarak kehamilan yang terlalu dekat juga bisa menyebabkan janin memiliki risiko kematian yang sangat tinggi.

Hal ini disebabkan karena tubuh ibu tidak atau belum siap untuk hamil lagi. Risiko cacat janin bisa meningkat karena kromosom yang dibawa oleh sel telur atau sel sperma orang tua tidak sempurna.

Beberapa jenis cacat tidak bisa bertahan sehingga janin juga bisa meninggal dalam kandungan.

  1. Risiko kematian janin

Tubuh dan rahim ibu yang belum siap untuk menghadapi kehamilan selanjutnya juga bisa meningkatkan risiko gangguan kehamilan.

Ibu bisa menderita komplikasi kehamilan yang membuat janin menerima dampaknya seperti kurang oksigen dan kurang nutrisi. Ini akan memicu terjadinya keguguran karena janin yang tidak dapat tumbuh sempurna.

  1. Risiko melahirkan prematur

Kehamilan yang terlalu dekat juga akan meningkatkan peluang ibu melahirkan bayi secara prematur.

Hal ini sering disebabkan karena ibu menderita tekanan dan stres secara mental dan fisik karena harus menjaga anak pertama dan hamil anak kedua.

Ini akan memberikan pengaruh yang langsung pada tubuh ibu sehingga janin bisa lahir lebih cepat.

  1. Bayi lahir dengan berat badan rendah

Berbagai tekanan dan stres yang terjadi pada ibu hamil juga bisa menyebabkan bayi lahir dengan berat badan yang rendah.

Dampaknya bisa membuat berbagai organ tubuh bayi kurang sempurna sehingga harus mendapatkan perawatan setelah lahir.

Hal ini karena biasanya tubuh ibu belum siap memberikan nutrisi untuk janin terlebih jika harus tetap memberikan ASI pada anak pertama.

  1. Anak lahir terkena autisme

Ternyata ada sebuah penelitian yang membuktikan bahwa anak yang lahir dari jarak kehamilan yang terlalu dekat bisa menderita autisme.

Kondisi ini bisa terjadi karena ibu stres selama hamil atau kekurangan nutrisi tertentu. Akibatnya bisa membuat gangguan perilaku pada janin yang kemudian akan terbawa sampai anak lahir.

  1. Gangguan plasenta selama hamil

Kemudian jika jarak kehamilan memang terlalu dekat maka bisa menyebabkan kondisi yang sangat sulit untuk ibu.

Kondisi ini bisa disebabkan karena ada bagian plasenta yang belum terlepas penuh dari rahim.

Plasenta berada di bagian dinding rahim bawah yang memicu menutupnya leher rahim sehingga bisa menimbulkan komplikasi, dan adanya gangguan pada rahim termasuk rahim sobek karena bekas operasi caesar sebelumnya.

Risiko Jika Jarak Kehamilan yang Terlalu Jauh

Pertimbangkan risiko jarak kehamilan yang terlalu jauh
Pertimbangkan risiko jarak kehamilan yang terlalu jauh

Sementara itu jika ibu memiliki jarak kehamilan yang terlalu jauh maka sebenarnya juga tidak baik untuk ibu dan janin dalam kandungan.

Banyak ibu yang memiliki jarak kehamilan terlalu jauh akhirnya terkena gangguan kehamilan yang dinamakan preeklampsia.

Kondisi ini akan membuat tekanan darah ibu menjadi sangat tinggi secara mendadak, risiko terkena diabetes gestasional, bayi lahir secara prematur dan bayi lahir dengan berat badan yang rendah.

Komplikasi paling buruk dari preeklampsia adalah akibat pendarahan yang memicu kematian ibu dan bayi.

Pertimbangan Mengatur Jarak Kehamilan

Berikut ini beberapa hal yang bisa menjadi bahan pertimbangan sebelum memutuskan jarak kehamilan:

  1. Jarak yang ideal akan membuat ikatan antara anak pertama dan kedua menjadi lebih ideal.
  2. Jarak yang tepat bisa membuat ibu memberikan ASI dengan baik dan mengasuh anak pertama dengan tepat tanpa merasa banyak khawatir.
  3. Jarak anak kedua yang ideal bisa membuat ibu menghadapi proses kehamilan dan persalinan yang sehat dan minim dengan berbagai risiko buruk.
  4. Untuk orang tua jarak yang tepat berarti bisa membuat Anda mengatur keuangan sehingga bisa memenuhi kebutuhan anak pertama dan kedua dengan baik.

Jadi itulah angka jarak ideal kehamilan anak pertama dan kedua. Dengan melihat berbagai pertimbangan tersebut maka orang tua bisa mengatur jarak kehamilan dan juga bisa membuat ibu lebih siap untuk kehamilan kedua.